Kelenteng Boen Hay Bio
Kota Tangerang
Selatan adalah salah satu kota di provinsi Banten. Pada masa penjajahan
Belanda, wilayah ini masuk ke dalam Karesidenan Batavia dan mempertahankan
karakteristik tiga etnis, yaitu suku Sunda, suku Betawi, dan suku
Tionghoa.Etnis Tionghoa merupakan salah satu etnis yang tertua dan besar di
Tangerang Selatan. Kelenteng Boen
Hay Bio merupakan bukti keberadaan etnis Tionghoa yang ada di Tangerang
Selatan. Kelenteng Boen Hay Bio terletak di jalan Pasar Lama Serpong RT014/015
Desa Cilenggang, Serpong, Tangerang Selatan. Kelenteng Boen Hay Bio dibuat pada
tahun 1694 sebagai tempat ibadah umat Budha.
Boen Hay Bio memiliki arti yaitu
Kuil Samudera Tanpa Batas, dengan posisi kuil menghadap utara atau menghadap ke
arah laut. Pada gerbang Klenteng terdapat patung kepiting besar. Menurut
kebudayaan Cina, kepiting dipercaya dapat melindungi serta mengusir roh-roh
jahat yang bergentayangan. Selain patung kepiting terdapat tulisan “Vihara
Karunalaya, Boen Hay Bio, Serpong”.Kelenteng Boen
Hay Bio bertuan rumah Kongco Kwan Kong (Kwan Sen Tee Kun) atau SatyaDharma
Bodhisattva(Dewa Pelindung Ajaran) bagi umat Budha. Kelenteng ini merupakan salah satu dari vihara tiga
serangkai tertua di Tangerang, yang dua diantaranya adalah Kelenteng Boen Tek
Bio di Pasar Lama kota Tangerang yang didirikan pada tahun 1684 adalah yang
tertua. Tuan rumahnya adalah Dewi Kwan Im yang melambangkan kebajikan. Boen Tek
Bio sendiri berarti kebajikan setinggi gunung dan sedalam lautan. Selain itu
terdapat klenteng lainnya, yakni vihara Boen San Bio (melambangkan gunung) yang
dibangun tahun 1689 di kawasan Pasar Baru. Jadi, pembangunan ketiga klenteng
ini masing-masing berselisih lima tahun.
Kelenteng Boen
Hay Bio berulang tahun setiap tanggal 24 bulan keenam (Lak Gwee) dalam sistem
kalender China, atau tanggal 4 Agustus 2010 menurut penanggalan masehi. Hari
jadi sebuah vihara sendiri didasarkan pada tuan rumah masing-masing tuan rumah
klenteng. Pada hari ulang tahun vihara, ribuan jemaat mengunjungi klenteng
untuk beribadah dan meminta keberkahan.
Warna merah
yang menghiasi bangunan Klenteng Boen Hay Bio yang sudah berusia 300 tahun ini
memiliki arti semangat, keberanian dan kejujuran. Di bagian tiang utama
klenteng terdapat dua naga. Selain itu di bagian kiri dan kanan klenteng
terdapat menara lima tingkat untuk membakar kertas mantra serta tambur raksasa
yang biasa digunakan pada saat tahun baru atau acara-acara tertentu.
Di dalam kelenteng Boen Hay Bio
terdapat 11 altar pemujaan. 1 altar untuk pemujaan Tuhan dan 10 altar lainnya
untuk pemujaan dewa dan dewi. Dewa dewi tersebut adalah Kwan Im Pho Sat, Hok
Tek Ceng Sin, Kong Tek Cun Ong, Lao Tze, Erl Lang Sen, Ciu Thian Sian Ni, Thay
Swee Ya, Altar Dewa-Dewi,Tho Ti Kong, dan Sakyamuni.
1. Kwan Im Po Sat
Kwan Im atau kwan she im po Sat
adalah seorang Bodhisatva yang melambangkan kewelas-asihan dan penyayang. Pada
masa dinasti tang, Kwan Im dikenal sebagai seorang laki-laki. Seiring
berjalannya waktu memasuki dinasti yuan, sosok kwan im lebih dikenal sebagai
perempuan sampai pada dinasti ming.
2. Hok Tek Ceng Sin
Hok Tek Ceng Sin adalah dewa Bumi
yang melambangkan kepandaian, kebijaksanaan dan berhati mulia.
3. Kong Tek Cun Ong
Adalah Dewa Pelindung Masyarakat
Lam Oa {Mandarin = Nan An}, karena beliau berasal dari kota Qian Zhou. Kong Tek
Cun Ong dikenal juga sebagai Raja Mulia yang Memberikan Berkah Melimpah.
4. Lao Tze
Merupakan ahli filsafat yang
terpopuler dan juga merupakan pendiri Taoisme.
5. Erl Lang Sen
Menurut sejarah, Er Lang Shen (Ji
Long Sin) adalah putra dari seorang gubernur dari propinsi Sichuan yang hidup
pada jaman Dinasti Qin, dengan nama Li Bing.
6. Ciu Thian Sian Ni
Seperti yang sudah umat TAO
ketahui, Jiu Tian Xuan Nu merupakan salah satu Dewi Besar TAO. Jiu Tian Xuan Nu
adalah Dewi yang sering membantu pahlawan-pahlawan. Maka dari itu dia juga
disebut sebagai Dewi Perang.
7. Thay Swee Ya
Adalah salah satu dari Dewata2
Bintang. Masing2 Dewata Bintang menguasai nasib seseorang dalam setahun. Konon
Thay Swee Ya dapat mengusir kesialan seseorang yang menyembahnya.
8. Tho Ti Kong
Dewa Tho Ti Kong atau Fuk Te Cen
Sen adalah Dewa Bumi, Beliau merupakan salah satu dewa yang tertua usianya.
Beliau adalah dewa yang bijaksana dan peduli terhadap rakyatnya.
9. Sakyamuni
Sakyamuni Buddha memiliki arti
yaiyu Buddha dari suku Sakya. Sakyamuni Buddha umumnya ditampilkan dalam posisi
duduk bermeditasi. Ciri utamanya adalah benjolan di atas kepalanya, yang
seolah-olah seperti memakai konde, dan rambutnya keriting pendek, berputar
kearah kanan. Tradisi Theravada menampilkan dengan jubah yang terbuka pada
bagian bahu sebelah kanan, sedangkan tradisi Mahayana menampilkan dengan jubah
yang terbuka pada bagian tengah dada.
Selain untuk tempat ibadah,
kelenteng Boen Hay Bio juga dapat digunakan untuk mengadakan kegiatan sosial
seperti pembagian sembako kepada kaum yang kurang mampu, pemeriksaan kesehatan,
pembagian obat-obat, mengadakan kegiatan penidikan untuk anak-anak serta
mengadakan pesta rakyat dan perayaan tahun baru Cina atau imlek. Kelenteng Boen
Hay Bio juga dapat digunakan untuk tempat latihan dan pertunjukan barongsai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar