Mesin
Printer Huruf Braille Menggunakan
Mikrokontroler
MCS-51
(Review oleh : Vidia Wati)
Abstrak
YPAB (Yayasan Pendidikan Anak Buta)
ingin memperbaiki kinerja dalam mencetak dokumen dengan huruf Braille. Karena
menggunakan mesin ketik manual dirasa kurang efisien. Untuk mengatasi masalah
tersebut, maka diperlukan mesin printer huruf Braille yang dapat mencetak
dokumen dengan jumlah yang banyak dan dalam waktu singkat. Mesin printer huruf
Braille ini menggunakan Mikrokontroler MCS51. Setelah melakukan perancangan
baik di desain maupun program hasilnya mesin printer huruf Braille dapat
mencetak dengan waktu 30 menit per halaman. Dengan kondisi menggunakan kertas
berukuran 21,5 x 30 cm dan dengan jumlah karakter sebanyak 552 karakter.
Pendahuluan
Perkembangan teknologi di Indonesia saat ini
bergerak sangat cepat. Terbukti banyaknya permintaan peralatan elektronika
dalam berbagai bidang seperti bidang pemerintahan, pendidikan, industri,
kedokteran dan sebagainya. Salah satu peralatan elektronika yang berkembang
sangat cepat adalah komputer. Tidak hanya komputer tetapi perangkat
pendukungnya seperti speaker, keyboard, printer dan sebagainya ikut berkembang juga. Perkembangan teknologi
ini memberikan kemudahan dalam kehidupan manusia sehari-hari.
YPAB (Yayasan Pendidikan Anak Buta) memerlukan suatu
perangkat elektronika yang dapat meningkatkan hasil copy ketikan. Karena YPAB mengalami masalah dalam mencetak suatu
copy. YPAB ingin memiliki perangkat
elektronika yang mudah dan efisien.
Agar
kebutuhan tersebut dapat terpenuhi
maka dikembangkan suatu mesin printer yang dapat mencetak huruf relief Braille.
Mesin ini harus dapat mencetak dengan hanya mengetik satu kali copy dan dapat menghasilkan banyak copy.
Dalam
makalah akan dibahas tentang perancangan mesin printer huruf Braille. Pembahasan masalah ini diawali dengan
sejarah huruf Braille, sampai pada desain sistem dan perancangan hardware. Selanjutnya melakukan
pengujian mesin printer Braille dan
ditutup dengan kesimpulan dari penulisan ini.
Landasan
Teori
Huruf Braille
Charles Barbier de la Serre adalah orang pertama
yang memperkenalkan sonografi pada intitusi anak tuna netra. Sonografi adalah
sebuah kode artileri yang digunakan untuk komunikasi pada saat berperang dan
kombinasi titik dan garis.
Pada institusi tersebut terdapat seorang anak
bernama Louis Braille. Ia dilahirkan pada tanggal 4 Januari 1809. Braille
merupakan anak yang cerdas, terbukti Ia dapat menemukan masalah dalam sistem
Barbier yang tidak pernah digunakan karena terlalu rumit. Sonografi menggunakan
sel 12 titik yang membutuhkan waktu dan teknik yang rumit untuk membuatnya.
Sonografi memiliki beberapa kelemahan yaitu tidak ada tanda baca, nomor, tanda
nada dan masih banyak lagi. Pada tahun 1824 Louis menemukan 63 cara untuk
menggunakan sel enam titik. Setelah melalui perubahan dan penyesuaian, tulisan
Braile dapat diterima dan menjadi tulisan resmi bagi sekolah tuna netra di
Eropa sejak 1860.
1.
Dasar Huruf Braile
Braille merupakan sistem baca tulis untuk orang buta
yang memiliki satuan dasar huruf Braille yaitu sel Braille. Huruf Braille
menurut Louis Braille terdiri dari 6 titik, yaitu titik kiri atas, titik kiri
tengah, titik kiri bawah, titik kanan atas dan seterusnya. Titik-titik ini
dapat menghasilkan 64 kombinasi. Huruf
Braille digambarkan berwarna hitam
dan memiliki titik timbul yang dapat dibuat dengan metode positif atau negatif.
Gambar 1. Titik Braille
Huruf
Braille dapat digunakan untuk bahasa Indonesia yang memiliki 26 huruf yaitu
a-z. Gambar berikut merupakan hurf Braille dalam abjad bahasa Indonesia.
Gambar 2. Abjad Huruf Braille
2. Desain Sistem
Alat
cetak huruf Braille dirancang dengan menggunakan seperangkat komputer dan mesin
pencetak relief huruf Braille yang dihubungkan ke komputer melalui port LPT1.
Komputer
memiliki fungsi untuk mengetik huruf abjad pada suatu program lalu diproses dan
dikonversikan menjadi huruf Braille. Kemudian hasilnya akan ditampilkan di
layar monitor dan siap untuk dicetak. Berikut diagram blok dari alat pencetak
huruf Braille.
Gambar 3. Blok Diagram Sistem.
Mesin
akan menerima data dari komputer dan kemudian akan diolah oleh mikrokontroler
AT89C51 untuk mencetak huruf Braille. Mesin printer
Braille menggunakan dua buah motor stepper. Motor stepper
pertama
pada arah sumbu y digunakan untuk menggulung kertas, sedangkan motor stepper
kedua pada arah sumbu x digunakan untuk
menggerakkan head pemukul. Gerakan kedua motor stepper dikontrol
oleh mikrokontroler. Selanjutnya
akan dibahas perancangan rangkaian perangkat keras.
3.
Desain Perangkat Keras
Perangkat keras menggunakan driver solenoid dan
driver motor stepper. Mikrokontroler
yang digunakan menggunakan AT89C51 dengan flash
PEROM berukuran 4Kb.
Rangkaian driver solenoid adalah rangkaian switching yang terdiri dari dua
transistor yang memiliki hubungan darlington. Rendahnya source current dari AT89C51, dan tingginya solenoid current menyebabkan dibutuhkannya rangkaian darlington yang baik.
Gambar 4. Rangkaian Driver Solenoid.
Rangkaian darlington harus memiliki hubungan
transistor yang sesuai. Transistor bagian depan harus memiliki HFE tinggi dan
transistor penggerak memiliki IC max yang tinggi.
Dengan begitu akan didapatkan hasil yang optimal.
Gambar 5. Rangkaian Driver Stepper Motor Satu Lilitan
Rangkaian driver
motor stepper digunakan untuk
menggerakan dua buah motor stepper yaitu motor stepper pada sumbu x dan sumbu
y. terdapat dua transistor pada rangkaian driver
motor stepper yaitu transistor TIP 31 dan FCS 9012. Transistor FCS 9012 adalah
transistor jenis PNP sehingga jika diberikan logika “0” maka mikrokontroller akan mengaktifkan driver motor stepper.
Untuk
menentukan posisi batas pada kertas perangkat menggunakan sensor margin atas kertas. Sensor ini digunakan
untuk menentukan posisi awal dimana mesin printer huruf Braille mulai mencetak.
Setelah posisi ditentukan kemudian dihitung berapa step dari motor stepper yang digunakan untuk menggulung
kertas. Rangkaian sensor menggunakan opto coupler berbentuk U lengkap dengan infra red pada bagian transmitter dan photo transistor pada bagian penerimanya.
Rangkaian sensor margin atas kertas dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar
6. Sensor Margin Atas Kertas.
Sebagai
sensor margin kiri kertas digunaka sebuah limit switch yang aktif pada
saat logika “0”. Prinsip kerja dari sensor margin
kiri ini berfungsi apabila head pemukul telah mencapai ke bagian kanan
dan kembali ke posisi semula. Head
pemukul akan menyentuh limit switch
dan kemudian head pemukul akan
berhenti pada posisinya. Berikut gambar rangkaian sensor margin kiri kertas.
4.
Mekanik
Mesin Printer Huruf Braile
Gambar
7. Sensor Margin Kiri Kertas.
Pada
rangkaian dari gambar 7, terdapat solenoid. Solenoid merupakan pengganti tuts
pada mesin ketik konvensional. Solenoid dihubungkan dengan sebuah plat
untuk
menggerakan 6 buah titik dari relief huruf Braille. Karakteristik dari mesin
printer relief huruf Braille adalah sebagai berikut:
1. Terdapat
6 buah solenoid.
2. Menggunakan
dua buah motor stepper untuk
penggulung kertas dan penggerak pemukul relief huruf Braille.
3. Untuk
menyesuaikan jarak spasi huruf Braille perangkat membutuhkan sekitar 550 step
motor (berdasarkan hasil pengujian).
4. Untuk
menyesuaikan baris antar huruf Braille, mesin membutuhkan sekitar 78 step motor
stepper (berdasarkan hasil
pengujian).
Gambar
8. Model Mekanik Mesin Printer Huruf
Braille.
5.
Desain
Software
Software
untuk mesin printer huruf Braille adalah mikrokontroler MCS51. Pembuatan
program dibagi menjadi dua yaitu high
level language dan low level language.
Untuk
mengetik huruf dan merubah huruf latin menjadi huruf Braille dapat dilakukan
dengan program high level language.
Program ini dapat dijalankan dalam platform
Windows 98 (minimal). Untuk lebih memahami program high level language dapat dilihat pada blok diagram berikut.
Gambar 9. Diagram Alir Program Konversi
Huruf Braille
Kemudian
yaitu program low level language. Program ini berfungsi untuk pengambilan data
yang dikirim suatu komputer dan kemudian mencetaknya. Cara kerjanya yaitu
ketika data menerima 6 titik relief huruf Braille, maka keenam solenoid akan
bergerak setelah perintah diterima oleh mikrokontroler. Penjelasan diatas dapat
dilihat pada gambar 10.
Gambar 10. Diagram Alir Program Pencetak
Huruf Braille.
Hasil dan Analisa
Pengujian Sistem
Pengujian
sistem dilakukan pada beberapa aspek yaitu pengujian motor stepper, sensor margin,
konversi huruf Braille dan kecepatan grinder.
Pertama
yaitu pengujian step-step motor grinder. Yang diuji pada motor grinder adalah berapa banyak step yang
dibutuhkan untuk membuat jarak antar baris dan spasi antara satu huruf Braille
dengan huruf Braille lainnya. Hasil pengujian ini adalah dibutuhkannya 78 step
untuk memberikan jarak baris antar huruf Braille dan 550 step untuk memberikan
spasi antar huruf Braille. Setelah melakukan percobaan dan menganalisa
percobaan akhirnya dapat disimpulkan bahwa motor stepper berjalan dengan baik.
Selanjutnya
adalah pengujian sensor margin kertas
dengan melihat respon dari rangkaian sensor. Pengujian dilakukan dengan cara
memasukkan kertas ke dalam mesin printer huruf Braile. Hasilnya sensor margin dapat mengontrol posisi batas
dengan baik.
Kemudian
adalah menguji program konversi huruf Braille. Pertama, mengetikkan sebuah
kalimat dengan menggunakan huruf latin pada program editor yang telah dibuat.
Kemudian kalimat dengan huruf latin akan di konversikan ke dalam huruf Braille
dengan program. Setelah itu dilanjutkan dengan mencetak teks pada mesin printer
relief huruf Braille. Hasilnya, pengkonversian huruf latin ke huruf Braille
berjalan dengan baik. Berikut adalah tampilan program dan hasil konversi huruf
latin menjadi huruf Braille.
Gambar 11. Tampilan Program Editor.
Gambar 12. Hasil Konversi Huruf Latin
menjadi Huruf Braile.
Yang
terakhir adalah pengujian kecepatan mesin printer
huruf Braille. Kertas yang digunakan untuk mencetak berukuran 21,5 x 30 cm
sebanyak satu lembar dan banyak teks untuk dicetak yaitu 552 karakter. Hasil
dari pengujian ini menunjukkan kelambatan mesin printer dalam mencetak huruf Braille. Hal ini disebabkan oleh
konstruksi mekanik dengan sistem ulir membuat gerakan head menjadi lambat.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengujian beberapa aspek seperti kecepatan mencetak, konversi huruf latin
ke huruf Braille dan sebagainya dapat disimpulkan bahwa mesin printer huruf Braille berjalan dengan
baik, sehingga dapat menggantikan mesin ketik manual. Walaupun masih terdapat
kelemahan pada kecepatan mencetak huruf Braille, namun hal ini masih dapat
diperbaiki dengan cara mencari pengganti untuk konstruksi mekanik. Jika
sebelumnya menggunakan sistem ulir untuk menggerakan arah sumbu x maka
konstruksi diganti dengan sistem belt, dimana sistem ini dapat menghemat waktu
mesin printer huruf Braille.
Kekurangan
yang terakhir adalah masih ada beberapa operator aritmatika yang tidak dapat di
terjemahkan. Dan mesin juga masih mengalami loading.
Daftar Pustaka
[1].
Enabling Technologies, “How Braille Began”, Braille History, 1999. http://www.brailler.
com/braillehx.htm
[2].
Canadian Braille Authority. “About Braille.”1999 http://www.langara.bc.ca/cba/aboutbraille.html
>.
[3].
Pedoman Menulis Braille Menurut Ejaan Baru yang Disempurnakan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1974/1975.
[4].
Pranta, Anthony. Pemrograman Borland Delphi. Yogyakarta: Andi, 2001.
[5].
Rigned, John S. “Solenoid Physics.” Macmillan Encyclopedia of Physics: 1996.
Barry. 2 Juni 2002. http://www.oz.net/
[6].
Tanda-tanda Braille. Surabaya: YPAB (Yayasan Pendidikan Anak-anak Buta).